ORGANOGENESIS
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organogenesis
adalah proses pembentukan organ atau alat tubuh. Pertumbuhan ini di awali dari
pembentukan embryo yaitu bentuk primitif menjadi fetus yaitu bentuk defenitif
dan kemudian berdeferensiasi dan memeliki bentuk dan rupa yang spesfifik bagi
keluarga hewan dalam satu spesies (Campbell, 2004).
Organogenesis disebut juga morphogenesis.
Embryo bentuk primitif tumbuh menjadi bentuk definitif, dan memiliki bentuk dan
rupa yang spesifik bagi keluarga hewan dalam satu spesies. Organogenesis
merupakan gabungan dua periode yaitu: pertumbuhan antara dan pertumbuhan akhir.
Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan
differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitif sehingga menjadi
bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk yang khusus bagi
suatu spesies. Sudah terlihat disini adanya bentuk katak, ayam, babi, atau
bentuk manusia umpamanya. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian secara
halus bentuk definitif itu sehingga menjadi ciri suatu individu. Pada periode
ini embryo mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter
fisik dan psikis), serta roman atau wajah yang khusus bagi setiap individu
(Yatim, 1976).
Organogenesis
merupakan proses pembentukan organ pada embrio yang bersal dari 3 lapisan
germinal yaitu ektoderm,endoderm dan mesoderm. Mesoderm merupakan lapisan
ketiga yang letaknya ditengah-tengah antara endoderm dan mesoderm dapat berasal
dari kedua lapisan lembaga,karena itu juga dinamakan eksoderm atau endoderm.
Mesodern sesungguhnya mempunyai sifat epitelial. Biasanya membentuk badan-badan
berupa kantung,sepertikantung selom,rongga badan sekunder dansebagainya,
sedangkan mesenkim merupakan jaringan dimana bentuk-bentuk sel selnya tidak
beraturan dan mempunyai substansi-substansi interseluler (Djuhanda, 1981).
Organogenesis
terdiri dari dua periode yaitu pertumbuhan awal dan pertumbuhan akhir. Selama
pertumbuhan ini terjadi transformasi dan diferensiasi bagian-bagian tubuh
embryo dari bentuk primitif menjadi bentuk defenitif yang khas bagi suatu spesies
seperti adanya bentuk katak, ayam, sapi dan lain–lain nya. Untuk itu sangat lah
penting mempelajari organogenesis turunan mesoderm ini karena kita dapat
memahami terjadi nya perubahan bentuk dan pembentukan bermacam–macam organ atau
organogenesis (Yatim, 1976).
Macam–macam
organogenesis ini berasal dari lapisan lembaga ektoderm, endodern dan juga
mesoderm. Periode pertumbuhan akhir berupa penyelesaian bentuk defenitif menjadi suatu bentuk individu
seperti pertumbuhan jenis kelamin, roman atau wajah yang khas bagi individu
(Kimball,1996).
Pada
saat diferensiasi sel dan organogenesis pada embryo sangatlah penting peranan
asam retionat dan hormon tyroid. Ekspresi transporter MTC–8 yang banyak ditemukan pada otak dan
plasenta merupakan mediator yang menyerap hormon tyroid dari peredaran darah
menuju kedalam sel yang di perlukan bagi
pertumbuhan neuron yang aktifasi oleh asam retionat (Campbell, 2004).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya
praktikum ini yaitu untuk mempelajari organogenesis turunan
mesoderm pada embryo katak dan embryo ayam dan mengetahui tahapan–tahapan
perkembangan embryo dari masing–masing objek.
1.3 Tinjauan Pustaka
Proses
pembentukan organ atau alat tubuh di mulai dari pertumbuhan yang di awali dari
pembentukan embryo dan di akhiri dengan bentuk dan rupa yang spesifik dalam
satu spesies. Dalam hal ini ada macam–macam organ yang berasal dari lapisan lembaga ectoderm,
endoderm dan juga mesoderm. Pada endoderm terdapat saluran pencernaan makanan
yang terdiri dari usus depan dengan bagian–bagian nya yaitu tyroid, paratyroid,
telinga tengah, saluran euctacius, pancreas, duodenum, trakea, bronki, paru-
paru, hati dan lambung. Usus tengah terdiri dari jejenum dan illeum dan usus belakang yang terdiri
dari usus besar dan allantois (Salmah, 1984).
Lapisan-lapisan
lembaga ialah lapisan sel yang pada waktu janin awal sakali yang sedikit sekali
banyak mempunyai kebebasan tertentu dan dari
sinilah berasal alat-alat tubuh.
Biasanya susunannya seperti epitelium, tetapi ini tidak selalu demikian. Kulit
lembaga ada dua atau tiga buah, tergantung tinggi rendahnya derajat hewan.
Mula-mula terdapat dua lapisan lembaga primer yaitu ektoderm dan endoderm.
Pada hewan-hewan dari coelentrata keatas kulit lembaga
yang ketiga atau lembaga tengah yang disebut mesoderm.
Susunan epitel juga, tetapi dibagun oleh sel-sel lepas
dan dalam hal terakhir ini disebut mesenkhim (Djuanda, 1981).
Pada pembentukan ektoderm dan endoderm dapat di lalui
dengan berbagai cara, pembentukan mesoderm lebih banyak lagi coraknya, baik
mengenai asalnya maupun mengenai strukturnya, dan pertumbuhan selajutnya banyak
sekali ragam nya. Mesoderm merupakan lapisan ketiga yang
letak nya di tengah–tengah antara endoderm dan ektoderm. Dan dapat juga terjadi
sel–sel yang telah awal sekali, yaitu yang pada pembelahan–pembelahan pertama
telah dipisahkan dan hanya membentuk mesoderm saja (Djuhanda, 1981).
Lapisan
pada mesoderm terdiri atas dua lapisan yaitu somato pleura (bagian luar) dan
splanchno pleura membatasi alat-alat dalam pada awal pertumbuhan, mula-mula
lapisan ectodera diikuti dengan lapisan somato pleura membuat lipatan kulit ke
dorsal membelok dan nanti di bagian ventral saling bertemu,kemudian dibagian
dorsal lipatan ektoderm dan mesoderm tadi saling bertemu dan tempat pertemuan
itu ditembus hingga dinding pemisahnya tidak ada,akibatnya bagian dorsal embryo
mempunyai suatu kantong ayng berlapis dua lapisan luar mesoderm dan lapisan
dalam ektoderm, merupakan bantalan berongga disebut cavui amnii, berisi cairan
ligor amnii dan bangunan seluruhnya disebut amnion (Salmah, 1984)
Mesoderm
sesungguhnya mempunyai sifat epitelial. Biasanya membentuk badan-badan berupa
kantung, seperti kantung solom, rongga badan sekunder dan sebagainya dan sedangkan
mesenkim merupakan jaringan dimana bentuk-bentuk selnya tidak beraturan dan
mempunyai subtansi–subtansi instraseluler (Campbell, 2004).
Pada
awal organogenesis saluran pencernaan merupakan tabung lurus yang tertutup
kedua ujungnya, di antara anterior berbatasan dengan lempeng oral di dinding
posterior dengan selaput cloaca sedangkan pada bagian tengah masih terbuka yang
berhubungan dengan yolk melalui tangkai yolk. Pada perkembangan selanjutnya
bakal usus bertambah panjang, terjadi rotasi lokal antara daerah tertentu dan
pematangan fungsi. Pada waktu bersamaan juga terjadi evaginasi atau pembantukan
kantung bakal derivat endoderm (Kimball, 1996).
Banyak
organ berkembang dalam embrio tanpa harus berfungsi pada waktu itu juga, tetapi
jantung dan sistem peredaran darah sudah harus berfungsi ketika masih dalam
perkembangan. Jantung pertama kali terbentuk sebagai tabung sederhana yang
terjadi dari penyatuan dua pembuluh darah yang berdinding tipis dibawah kepala
yang sedang berkembang. Pada keadaan awal,jantung hakikatnya sama seperti
jantung ikan yang terdiri dari empat kamar yang teraturdalam suatu rangkaian:
sinus venosus yang menerima darah dari vena, atrium
tunggal, ventrikel tunggal dan kerucut (konus) arteri yang menuju lung aorta. Ketika pertama tumbuh, jantung embrio
merupakan suatu struktur tunggal dengan hanya sebuah kamar. Sedangkan jantung
dewasa dari burung dan mamalia merpakan pompa ganda dengan atrium dan ventrikel
kiri dan kanan yang terpisah. Pemisahan ini mencegah percampuran darah dari
paru-paru dengan daerah dari bagian tubuh lain (Ville, 1984).
Saluran
pencernaan pertama dibentuk dari arkenteron gastrula dan memanjang mengikuti
pertumbuhan embrio. Paru-paru, hati, dan pankreas berasal dari tabung berongga
yang membentuk dari saluran pencernaan asli dan karena itu terdiri atas
endoderm, tetapi pertumbuhan ini selalu berkaitan dengan jaringan mesoderm yang
membentuk pembuluh darah dan pembuluh limfe, jaringan ikat dan otot dari organ-organ
tersebut. Endoderm hanya membentuk epitel dalam dari saluran pencernaan dan
paru-paru serta sel-sel sekresi dari pankreas dan hati (Ville, 1984).
II. PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
2.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
Organogenesis ini di laksanakan di Laboratorium Struktur
Perkembangan Hewan II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
2.2. Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini yaitu: mikroskop, objek glass, pipet tetes
(untuk mengambil telur), petridisk/kaca arloji. Adapaun bahan yaitu: NaCl
(larutan fisiologis), telur katak yang sudah dibuahi dan yang belum dibuahi,
preparat permanen embrio aves 24jam, 33jam, 48jam, 72jam.
2.3. Skema Kerja
Telur Katak
Telur katak diambil
dari wadah dengan pipet tetes, lalu diletakkan pada objek glass, kemudian amati
dan tentukan tahapan perkemabngannya (tentukan juga apakah telur katak tersebut
sudah dibuahi atau belum), tentukan tahap perkembangannya, gambar dan tuliskan
ciri spesifiknya.
Telur
aves
Amati preparat 24jam,
33jam, 48jam, 72jam dan 96jam. Kemudian gambar dan amati bagian-bagian beserta
ciri spesifiknya.
III. HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Telur katak yang didapatkan oleh kelompok
kami belum dibuahi, hal ini ditandai dengan masih utuhnya selaput yang
membungkus telur. Apabila telur telah difertilisasi maka selaput yang
membungkus telur tampak koyak/hancur.
Sedangkan
untuk telur aves yang menggunakan preparat permanen, dapat dilihat
bagian-bagian yang cukup jelas pada masing-masing preparat. Diantaranya pada preparat
embrio 24jam terlihat bagian caput dengan lipatan neural, notochord yang diapit
oleh 1-4 pasang somit. Pada embrio 33jam terlihat bagian–bagian
lipatan neural yang terdiri dari prosenchepalon, mesenchepalon, rhombenchepalon.
Vesicula optic, jantung nya masih kecil, dan juga terdapat allantois. Pada preparat 48jam, procencephalon
berdiferensiasi menjadi telencephalon dan diencephalon. Selain itu juga
terlihat jantung dan pembuluh arteri, beserta kantung allontois. Pengamatan
terakhir pada embrio 72jam jantung sudah berada didalam, selain itu otak,
vesikula otik dan optic sudah terlihat jelas pembagiannya.
3.2. Pembahasan
Pada
janin aves 24 jam lipatan neural telah mendekat satu sama lain. Persatuan
lipatan neural pertama-tama terjadi dimuka somit-somit pertama. Pada janin 33
jam bumbung neural telah terbentuk dan padanya dapat dibedakan bagian anterior
yang agak lebar,bagian tengah,serta posterior yang menyerupai bumbung.
Persatuan lipatan neural yang paling akhir,terjadi dimuka dan dibelakang.
Disinilah terjadinya lubang-lubang neuroporus-anterior dan posterior (Djuhanda,
1981).
Pada
embrio telur aves yang telah diinkubasi fase 24 jam hanya terlihat embrio
dengan ukuran kecil, dan zona pellucida serta zona vesikula yang terbentuk.
Sedangkan pada preparat permanen fase 24 jam yang diamati terlihat adanya
caput,lengkung neural serta adanya somit pada embrio. Sedang pada fase 33 jam
pada objek terlihat adanya penebalan lengkung neural dan perpanjangan somit.
Disini gambar yang terlihat hanya lah perpanjangan dari somit.
Segara
setelah persatuan lipatan neural maka ketiga bagian utama dari otak vertebrata
berdiferensiasi dari neuromer-neuromer tertentu. Porsensefalon terjadi dari
tiga neuromer pertama, mesensefalon dari dua neuromer yang berikutnya dan
rhombensefalon dari enam neuromer berikutnya (Djuhanda, 1981).
. Sedangkan pada preparat permanen
48 jam, otak dan sumsum tulang belakang merupakan yang paling terkemuka dari
semua organ. Selanjutnya pada ketiga otak tadi terjadi
diferensiasi-deferensiasi, prosensefalon menjadi telensefalon dan diensefalon.
Dalam pada itu vesikula optic pada basisnya menyempit dan memenjang dengan
demikian terbentuklah tangkai optic yang tumbuh kearah lateral ke jurusan
ectoderm luar dan menginduksi primordial lensa pada ectoderm yang merupakan
suatu penebalan ekstra (Djuhanda, 1981).
Pada embrio telur yang diinkubasi
fase 48 jam telah terlihat terbentuknya jantung dan pembuluh arteri. Sedangkan
pada fase 48 jam yang kami amati terllihat adanya pembentukan kepala yang
terdiri dari prosensefalon mesensefalon dan rhombensefalon. Selain itu disini
juga terlihat adanya pembentukan vesikula optic. Serta pembentukan organ
jantung yang masih terlihat berada diluar.
Alantois
mulai terdapat pada janin ayam umur 72 jam pengeraman,terjadi sebagai suatu
difertikulum pada dasar usus belakang di daerah kloaka yang mula-mula
menyerupai kantong dan tumbuh cepat sekali. Rongga alantois diisi dengan cairan–cairan
yang berasal dari kotoran-kotoran janin, ketika selam pertumbuhan dilepaskan
(Djuhanda, 1981).
Pada
fase 72 yang kami amati terlihat adanya 3 kantung yang berada pada bagian bawah
embrio,yaitu alantois, tell bud dan tunas kaki. Pada fase ini juga terlihat
pembagian otak dengan jelas dan jantung telah berada didalam. Fase ini
merupakan fase terkhir yang kami amati pada praktikum.
IV. KESIMPULAN DAN
SARAN
4.1 Kesimpulan
Pada
praktikum yang dilakukan pengamatan embrio telur menjadi kurang sempurna, hal ini disebabkan karena masa inkubasi
dari telur tidak memenuhi syarat untuk inkubasi. Pada saat diinkubasi,suhu yang
digunakan tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga bisa dikatakan bahwa
penginkubasian telur kurang sempurna yang menyebabkan embrio tidak begitu
berkembang.
4.2. Saran
Saran
pada praktikum selanjutnya agar dapat memenuhi syarat penginkubasian terlur
supaya embrio dapat dengan mudah untuk diamati. Serta lebih berhati-hati dalam
melakukan peletakan telur pada petridish agar posisi pada embrio tidak terbalik
yang akan mengakibakan rusaknya embrio.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell. 2004. Biologi
Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Djuhanda,
tatang. 1981. Enbriologi Perbandingan. Bandung: Armico
Kimball,
John W. 1996. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Salmah, Siti.
1982. Zoologi. Padang : Universitas Andalas.
Tim
Praktikum. 2008. Penuntun Praktikum Struktur Perkembangan Hewan II.
Padang: Universitas Andalas
Ville,
claude A. 1984. Zoologi Umum edisi Keenam Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Yatim, wildan. 1976. Embriologi. Bandung:
Tarsito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar