I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada
dasarnya, system-sistem organisme bekerja secara selaras dan teratur dalam
menyelenggarakan aktivitas metabolisme tubuh secara keseluruhan. Untuk
mengontrol dan mengatur kerja system organ tubuh kita memiliki suatu system
yang dikenal sebagai system koordinasi atau system syaraf.
Pada
umumnya system syaraf mengatur aktivitas alat-alat tubuh yang mengalami
perubahan cepat seperti pergerakan otot rangka, pergerakan otot polos, dan
sekresi kelenjar. Organisasi system syaraf akan menimbulkan tanggapan terhadap rangsangan
yang diterima. Salah satu tanggapan yang akan dipelajari dalam percobaan ini
yaitu gerak refleks.
Dimana gerakan ini terjadi tanpa disadari terhadap
stimulus. Pada percobaan ini yang ingin diketahui yaitu gerakan refleks
terhadap stimulus yang berupa tekanan dan zat kimia tertentu.
Tujuan
Percobaan bertujuan untuk mengetahui terjadinya
refleks spinal pada katak terhadap stimulus yang diberikan.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Sistem syaraf merupakan sistem koordinasi yang
berfungsi sebagai penerima dan penghantar rangsangan ke semua bagian tubuh dan
selanjutnya memberikan tanggapan terhadap rangsangan tersebut. Jadi, jaringan
saraf merupakan jaringan komunikasi dalam tubuh. Sistem saraf merupakan
jaringan khusus yang berhubungan dengan seluruh bagian tubuh (Campbell, 2004).
Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang
berasal dari stimulasi reseptor sensoris oleh lingkungan, kemudian dihubungkan
dengan respon tubuhyang sesuai. Sebagian besar integrasi dilakukan dalam sistem
sraf pusat, yaitu otak dan sum-sum tulang belakang (pada vertebrata). Output motoris
adalah penghantaran sinyal dari pusat integrasi ke sel-sel efektor. Sinyal
tersebut dihantarkan oleh saraf (nerve), berkas mirip tali yang berasal dari
penjuluran neuron yang terbungkus dengan ketat dalam jaringan ikat. Saraf yang
menghubungkan sinyal motoris dan sensoris antara sistem saraf pusat dan bagian
tubuh lain secara bersamaan disebut sistem saraf tepi (Kimball, 1998).
Pada tiap segmen tubuh vertebrata terdapat satu pasang
saraf perifer. Pada sebagian besar saraf spinal, neuron aferen dan eferen
terletak berdekatan, tetapi sum-sum tulang belakang saraf terbagi menjadi akar
dorsal dan akar ventral dan neuronnya terpisah. Dalam akar dorsal terdapat
neuron aferen dan mempunyai suatu pembesaran yaitu ganglion akar dorsal, yang
mengandung badan sel-selnya sendiri. Badan sel neuron aferen hampir selamanya
terletak dalam ganglion pada saraf kranial dan saraf spinal spinal. Neuron
aferen masuk ke dalam sum-sum tulang belakang dan berakhir pada sinapsis dengan
dendrit atau badan sel dari interneuron. Saraf spinal semua vertebrata pada
dasarnya sama, meskipun pada vertebrata yang paling primitif akar-akar itu di
perifer tidak bargabung dan beberapa neuron aferen keluar dari sum-sum maelalui
akar dorsal (Villee, 1988).
Gerak refleks adalah gerak spontan yang tidak
melibatkan kerja otak. Gerak ini dilakukan tanpa kesadaran. Gerak ini berguna
untuk mengatasi kejadian yang tiba-tiba. Mekanisme kerjanya (Wulangi, 1994):
-Rangsang diterima reseptor lalu diteruskan ke sum-sum
tulang belakang melalui saraf sensorik.
-Dari sum-sum tulang belakang, rangsang diteruskan ke
efektor tanpa melalui saraf motorik ke otak, tetapi langsung ke otot melalui
jalan terpendek yang disebut lengkung refleks.
Refleks sebenarnya merupakan gerakan respon dalam
usaha mengelak dari suatu rangsangan yang dapat membahayakan atau mencelakakan.
Gerak refleks berlangsung dengan cepat sehingga tidak disadari oleh pelaku yang
bersangkutan. Gerak refleks dapat dibedakan menjadi refleks kompleks dan
refleks tunggal. Refleks kompleks adalah refleks yang diikuti oleh respon yang
lain, misalnya memegang bagian yang kena rangsang dan berteriak yang dilakukan
pada waktu yang sama. Refleks tunggal adalah refleks yang hanya melibatkan
efektor tunggal. Berdasarkan tempat konektornya refleks dibedakan menjadi dua
yaitu refleks tulang belakang (refleks spinalis) dan refleks otak (Franson,
1992).
III. ALAT DAN
BAHAN
Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini
diantaranya yaitu jarum preparat, gunting, pinset, dan bak bedah.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini
diantaranya yaitu Buffo sp, larutan asam sulfat 1%, dan akuades.
IV. CARA KERJA
Otot katak dirusak dengan menggunakan jarum preparat:
caranya katak dipegang dengan kepala ditundukkan ke arah ventral. Pada batas
kepala dan punggung, jarum preparat dimasukkan ± 1 cm, kemudian
dikorek-korekkan. Diamati bagaimana responnnya. Sikap katak diperhatikan jika
diletakkan di dalam bak bedah jika katak ditelentangkan.
Katak dipegang, bagaimana respon katak jika kakinya
dipijat dengan pinset dengan tekanan biasa dan bagaimana jika diperkuat ? Kaki
katak dimasukkan ke dalam larutan asam sulfat 1%, diamati gerakan yang
dilakukan katak! Kemudian kaki katak dicuci dengan air mengalir atau dimasukkan
ke dalam akuades.
Sumsum tulang belakang daerah dada dirusak dengan
dimasukkan jarum sedalam ¾ cm ke dalam saluran tulang punggung (columna
vertebralis), percobaan diulangi pada poin 3 dan 4. Seluruh susunan tulang
punggung dirusak. Percobaan diulangi pada poin 3 dan 4.
V. HASIL
Tabel Hasil Percobaan Refleks Spinal Pada Bufo
sp
Perlakuan
|
Posisi Telentang
|
Ditekan Lembut
|
Ditekan Kuat
|
Diberi H2SO4 1%
|
Dirusak di antara kepala dan punggung
|
Dapat balik
|
Ditarik cepat
|
Ditarik cepat
|
Ditarik cepat
|
Dirusak di punggung
|
Dapat balik
|
Ditarik
|
Ditarik
|
Ditarik cepat
|
Dirusak sampai tulang punggung
|
Dapat balik tapi lama
|
Ditarik
|
Ditarik
|
Ditarik cepat
|
VI. PEMBAHASAN
Percobaan menggunakan kodok Bufo sp yang sudah
dewasa atau bertubuh besar karena jika masih kecil dikhawatirkan akan lebih
cepat mati. Antara daerah kepala dan dada ditusuk dengan jarum preparat, hal
ini bertujuan untuk merusak saraf spinal pada kodok. Kita ketahui bahwa pada
daerah tersebut merupakan ujung atau pangkal saraf spinal kodok. Perlakuan ini
dimaksudkan agar saraf spinal kodok sebagian akan rusak sehingga kita dapat
mengetahui apa respon yang dilakukannya dari rangsangan yang kita buat setelah
saraf spinalnya rusak sebagian.
Setelah dilakukan penusukan keseimbangan gerakan kodok
menjadi kacau. Saat kita membalikkan tubuhnya ternyata responnya masih dapat
membalikkan tubuhnya ke keadaan semula. Selanjutnya dilakukan pemberian
rangsang melalui tekanan. Pada tekanan yang lembut dan kuat terhadap kaki kodok
ternyata gerakan kakinya menarik dengan cepat. Kedua perlakuan tersebut
membuktikan bahwa rangsangan masih dapat ditanggapi oleh sistem saraf. Sum-sum
tulang belakang masih dapat menanggapi rangsang dan mengkoordinasikannya untuk
diteruskan ke efektor dan menimbulkan gerakan refleks, meskipun saraf spinal
rusak. Hampir sama dengan kedua perlakuan tersebut perlakuan selanjutnya yaitu
dengan memasukkannya ke dalam larutan H2SO4 1% responnya
masih dapat berfungsi dengan baik yaitu menarik kakinya dengan cepat. H2SO4
1% merupakan asam kuat dan dijadikan sebagi rangsangan kimia. Hal tersebut
terjadi karena reseptor-reseptor dalam kulit dirangsang dan menimbulkan impuls
dalam neuron aferen. Neuron ini merupakan bagian dari suatu saraf spinal dan
menjulur ke dalam sum-sum tulang belakang, tempat neuron bersinapsis dengan
interneuron. Selanjutnya interneuron meneruskan impuls neuron eferen dan
membawanya kembali melalui saraf spinal ke sekelompok otot ekstensor dalam
kaki. Kontraksi otot-otot ini yang akan menarik kaki dari rangsangan berupa
tekanan atau asam H2SO4 1%.
Jalur perjalanan gerak refleks:
Rangsang
neuron sensorik
Sum-sum tulang belakang
neuron motorik
efektor
gerakan
Setelah dirusak daerah antara kepala dan punggungnya
kemudian dirusak bagian punggung dan dirusak sampai tulang punggungnya.
Keseimbangan tubuh katak terlihat semakin kacau, gerakannya tidak terarah dan
tidak dapat lagi melompat. Saat diposisikan telentang, ditekan dengan lembut,
ditekan kuat, dan diberi larutan H2SO4 1% ternyata
responnya hampir sama dengan perlakuan yang sebelumnya. Meskipun hampir seluruh
saraf spinalnya sudah mengalami kerusakan ternyata gerakan refleks masih dapat
terjadi. Hal ini dikarenakan sistem koordinasi dari sistem saraf masih dapat
berjalan, terutama sumsum tulang belakang sebagai sistem utama gerak refleks
selain otak.
Sejumlah gerakan refleks yang terjadi melibatkan
hubungan antara banyak interneuron dalam sumsum tulang belakang. Sum-sum tulang
belakang tidak hanya berfungsi dalam menyalurkan impuls dari dan ke otak tetapi
juga berperan dalam memadukan gerak refleks.
Respon-respon yang dilakukan kodok dalam percobaan ini
merupakan respon yang melibatkan sejumlah otot yang bekerja secara terpadu.
Seekor kodok yang mempunyai otak yang akan melakukan respon tersebut dua atau
tiga kali bahkan berulang kali. Hal ini membuktikan bahwa koordinasi sel-sel
saraf saling berhubungan dan berkesinambungan satu dengan lainnya yang
membentuk suatu organisasi fungsional sistem saraf. Dibuktikan juga bahwa
sum-sum tulang belakang sangat berperan penting dalam gerakan refleks suatu
vertebrata.
VII. KESIMPULAN
Setelah percobaan ini dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa :
- Gerakan refleks merupakan gerakan spontan tanpa disadari akibat rangsangan yang dikoordinasi oleh sistem saraf menjadi suatu gerakan.
- Sel-sel saraf bekerja dalam suatu organisasi fungsional sistem saraf yang terpadu.
- Dalam gerak refleks sum-sum tulang belakang memiliki peran penting yang menghubungkan banyak interneuron.
- Saraf spinal merupakan bagian dari sistem saraf perifer yang berhubungan langsung dengan sum-sum tulang belakang.
VIII. DAFTAR
PUSTAKA
Campbell,
N.A. Jane B. Reece and Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi. edisi 5. jilid 3.
Alih Bahasa: Wasman manalu. Erlangga. Jakarta.
Franson. R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Hewan Ternak.
Edisi 4. Penerjemah: Srigandono. Gadjah
mada university press. yogyakarta.
Kimball,
John W., 1988. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 2. Alih Bahasa: Siti Soetarmi
Tjitrosomo dan Nawangsari Sugiri. Erlangga. Jakarta.
Villee,
Claude A., Warren F. Walker, Jr., Robert D. Barnes. 1988. Zoologi Umum. Edisi
Keenam. Jilid 1. Alih Bahasa: Nawangsari Sugiri. Erlangga. Jakarta.
Wulangi, K.S. 1994. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan.
Depdikbud. Jakarta.